Recent Movies
Tampilkan postingan dengan label Medan Perang Afrika Utara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Medan Perang Afrika Utara. Tampilkan semua postingan

El Alamein-La linea del fuoco-The Line of Fire (2002)

Film Perang Dunia 2
IMDb Ratings: 7,2/10 from 1.325 users  

Perang dilihat dari sudut pandang  Serra, seorang mahasiswa dari Palermo yang menjadi prajurit  sukarelawan Italia pada tahun 1942 yang bertempur  di medan gurun Afrika Utara.

He is assigned to the Pavia Division on the southern line in Egypt. Rommel and the Axis forces are bogged down; it's October, the British prepare an offensive. At first, boredom, heat, hunger, and thirst bedevil the Italians; then the Brits attack, and there's no luck or heroism in death. Finally, it's retreat in confusion. Serra, his sergeant Rizzo, and his lieutenant Fiori take a last walk toward home. It's said that each soldier gets three miracles; when Serra's are used up, what then?

El Alamein - The Line of Fire (Italian: El Alamein - La linea del fuoco, also known as El Alamein: Bond of Honour) is a 2002 Italian war-drama film written and directed by Enzo Monteleone.[1] The film won three David di Donatello awards (for best cinematography, best editing and best sound), a Nastro d'Argento for best sound and a Globo d'oro for best new actor (to Paolo Briguglia)

Tobruk (2008)

Film Perang Dunia 2
Ratings: 6.0/10 from 827 users  

Tobruk is a 2008 film written and directed by Václav Marhoul and starring Jan Meduna and Petr Vanek. It is an adaptation of the classic American Civil War novel The Red Badge of Courage by Stephen Crane, but transfers the action to North Africa during World War II.

Jiří and Jan are two Czech soldiers, fighting alongside the Allied forces against the Italians during World War II in Tobruk, Libya. Jiří Pospichal, 18 years old, signs up as a volunteer in the Czechoslovak 11th Infantry Battalion. His naive ideas about heroism are rawly confronted with the hell of the African desert, complicated relationships in his unit and the ubiquitous threat of death. All this takes its cruel toll in the shape of his gradual loss of self-respect and courage.

The Desert Fox : The Story of Rommel (1951)

Film Perang Dunia 2
IMDb Skor: 7/10 - ‎3.695 suara

Suatu malam sekelompok komando Inggris melakukan penyerangan ke markas pasukan Jerman. Target mereka adalah General Field Marshal (Generalfeldmarschall) Erwin Rommel. Serangan ini berhasil dipatahkan oleh pasukan penjaga Jerman, sedangkan Rommel sendiri sedang berada di Jerman.

Cerita beralih kepada rombongan tawanan pasukan Inggris yang tertangkap. Ketika mereka sedang berjalan dalam kawalan pasukan Jerman, beberapa pesawat pemburu Inggris datang menyerang. Rombongan yg dikira pasukan Jerman berpencaran menyelamatkan diri. Salah seorang tawanan berhasil menyelamatkan diri di mana ia tidak sengaja bertemu lgs dengan sosok paling disegani sepanjang perang dunia ke-2, baik oleh pasukan Jerman maupun pasukan sekutu, Generalfeldmarschall Erwin Rommel.

Tawanan tersebut adalah Desmond Young. Setelah perang selesai ia yang tertarik dg figur Rommel lalu melakukan berbagai interview dg beberapa sumber terdekat Rommel utk mengupas lebih lanjut siapakah Rommel dan apa yang terjadi pd akhir hidupnya yang tragis, dipaksa melakukan bunuh diri akibat dituduh melakukan kudeta thd Hitler.

Sepanjang perang dunia kedua, kata Desert (gurun) merupakan kata yang cukup magis. Kata desert itu merujuk pd dua hal yang begitu dikenang sepanjang masa. Hal yg pertama adalah Desert Rats, sebuah julukan bagi pasukan elit Inggris, 7th Armoured Division (sekarang menjadi 7th Armoured Brigade), yang banyak terlibat dalam pertempuran di PD II, mulai dr gurun Afrika Utara hingga Eropa Timur. Desert Rats juga yang bersama2 dg Delta Force (satgas elit AD AS) berhasil menemukan tempat persembunyian Saddam Hussein, mantan presiden Irak.

Hal yang kedua adalah Desert Fox. Julukan yang diberikan oleh pasukan Sekutu terhadap Generalfeldmarschall Erwin Rommel yang begitu tangguh di medan gurun Afrika utara. Datang ke Afrika Utara hanya utk membantu pasukan Italia yang terdesak, tapi Rommel yang hanya dibekali tidak lebih dari 200 tank malah berhasil menggilas pasukan Inggris dan Australia yang punya kekuatan 700 tank. Suatu prestasi yang membuat Inggris sampai harus mengganti panglima armada Afrikanya dengan Jenderal Montgomery.

Film ini diangkat dr novel karya Kolonel (ret) Desmond Young yang pernah tertangkap dan bertemu lgs dengan Rommel. Ia mengenang Rommel sebagi sosok yang simpatik. Ia tidak seperti jenderal2 Jerman lainnya yg kejam. Ia tetap menghormati para tawanan dan memperlakukan mereka dengan baik. Kejeniusannya dalam meracik strategi dan taktik begitu diakui oleh teman maupun rivalnya. Tidak heran bhw Hitler begitu menganakemaskan Rommel.

Film ini terfokus pd masa setelah perang di gurun Afrika. Rommel yang sedang menurun kesehatannya berusaha direkrut oleh kerabatnya Dr. Karl Strolin (tokoh oposisi Hitler) utk masuk dalam kelompok oposan. Awalnya Rommel tidak setuju dengan kelompok tsb, tetapi setelah ia dimarahi habis2an oleh Hitler atas sikapnya yg menasehati Hitler agar segera berdamai dg sekutu, Rommel mulai berpikir utk masuk dalam kelompok tsb.

Semua pemeran dalam film ini berhasil memerankan film ini dg baik. Skenarionya pun digarap dg baik. Dengan memasukkan beberapa rekaman pertempuran, Desert Fox mampu menyajikan sebuah film biografi yang cukup mengesankan. Ending film ini tragis tp berhasil ditutup dg indah melalui footage rekaman suara Churchill (PM Inggris) yang memuji Erwin Rommel sebagai panglima perang yang ksatria dan ikut berdukacita atas kematiannya yg tragis. Suatu penghargaan yang tidak pernah diterima oleh jenderal2 Jerman lainnya, apalg Churchill mengucapkannya di hadapan parlemen Inggris.

Days of Glory (2006)

Perang Dunia 2
IMDb Skor: 7,1/10 - ‎11.483 suara

Sutradara : Rachid Bouchareb
Pemain : Jamel Debbouze, Samy Naceri, Sami Bouajila,Roschdy Zem, Bernard Blancan

Menyinggung isu diskriminasi ras oleh Prancis pada tentara keturunan Afrika pada Perang Dunia ll, film ini disutradarai oleh seorang keturunan Prancis-Aljazair, Rachid Bouchareb. Dikisahkan, diskriminasi semakin runcing ketika pemerintah Prancis membekukan dana pensiun para veteran perang keturunan Afrika, ketika Aljazair merdeka melepaskan diri dari Prancis pada tahun 1962. Jendral Charles De Gaulle sendiri yang melarang pasukan keturunan Afrika—yang sudah bertempur melawan Jerman sejak dari Italia—untuk masuk ke ibukota Prancis di tahun 1944, dan hanya pasukan berkulit putih saja yang boleh masuk. Padahal, dua pertiga dari pasukan pembebasan Prancis berasal dari keturunan negara Afrika yang dijajah Prancis.

Film bermula dari sebuah desa di Aljazair, Afrika Utara, tahun 1943. Para pemuda pribumi (indigenes) di sana bersemangat untuk ”membersihkan Paris dari pendudukan Jerman”. Said, yang dicegah ibunya untuk mendaftar sebagai tentara sukarelawan, mengatakan pada ibunya bahwa dirinya enggan tinggal diam dan ingin pergi membela Prancis. Sang ibu tak kuasa melarang dan membiarkan Said pergi bersama ratusan pemuda sedesa lainnya. Ia pun bergabung dengan 7th Algerian Tirailleur Regiment (ATR), bersama Yassir yang ikut berperang demi uang (untuk biaya pemikahan saudara laki-lakinya),Kopral Abdulkadeer (keturunan Afrika berpendidikan yang berperang demi kesetaraan dan keadilan sekaligus orang yang melatih mereka menuju medan perang), serta Martinez, sersan keturunan Tunisia. Misi pertama resimen ini adalah merebut sebuah bukit yang dikuasai tentara Jerman. Singkat kisah, bukit dapat dikuasai,dengan korban yang sangat banyak. Tapi tak lama kemudian mereka sadar bahwa mereka cuma dijadikan "umpan”, agar artileri Prancis mengetahui posisi kanon Jerman di atas bukit.

Seorang kolonel Prancis berkulit putih menyatakan bahwa ini sebuah kemenangan besar bagi pasukan pembebasan Prancis.Said dan kawan-kawan kembali merasakan diskriminasi ketika koki kapal yang berkulit putih tidak mau mnemberikan hormat.Hal itu juga dirasakan ketika 7th ATR dikirirn ke Prancis untuk bergabung dengan pasukan lain dalam Operasi Dragoon, dimana surat-surat mereka disensor, dan mereka tidak diberi libur sebagaimana rekan mereka yang berkulit putih.

Ketika seorang kolonel kulit putih mengutus Kopral Abdulkadeer dan kawan-kawan untuk sebuah misi khusus, membawa amunisi membantu Amerika dalam penyerbuan ke kotaAlsace, ia menjanjikan penghargaan kepada Abdulkadeer dan pasukannya apabila misi itu sukses. Dalam penyerbuan itu Martinez, Said, Messoud, Yassir, dan saudaranya tewas meninggalkan Abdulkadeer, sebelum pasukan lain datang membantu.Meski banyak korban tewas, misi itu berhasil mengusir tentara Jerman dari Alsace. Namun betapa pahitnya, ketika sang kolonel yang sebelumnya menjanjikan penghargaan, diam saja tanpa kata-kata ketika berpapasan dengan Abdulkadeer.

lndigenes diakhiri dengan setting masa kini, saat Abdulkadeer tua mengunjungi makam rekan-rekannya yang tewas di Alsace. Ia masih terdaftar sebagai veteran Perang Dunia II, namun tidak pernah memperoleh uang pensiun sejak dibekukan pada tahun 1959.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. WWII Movies - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger