Skor: 6,7/10 - 2.386 suara
Berlatar belakang tahun 1944 di Paris, film ini bercerita tentang seorang penulis puisi, sekaligus pemimpin kelompok resistensi terhadap Nazi. Namanya Missak Manouchian , Dia menjadi pemimpin gerakan perlawanan terhadap Nazi lantaran orang tuanya jadi korban kekejaman tentara Jerman tersebut. Tindakan-tindakannya sangat heroik ketika dengan gigih mengumpulkan dan merekrut siapa saja untuk melawan Nazi, serta bersedia bertarung dan rela mati demi Prancis.
Kelompok yang dipimpin Missak sesungguhnya tidak sebanding dengan kekuatan pasukan Hitler. Mereka hanyalah sekumpulan para petarung ‘berani mati’ yang melakukan penyerangan secara tidak terorganisasi. Missak sendiri adalah seorang warga Armenia yang diasingkan dan hijrah ke Paris.
Selama menjadi pemimpin gerakan ini, ketika merekrut anggota, Missak dan istrinya, Melinee Manouchian , menemukan dua orang yang sangat berhasrat dan mempunyai misi sama dengan tujuan kelompok resistensi pimpinan Missak ini. Mereka adalah Marcel Rayman dan Thomas Elek . Keduanya merupakan dua pemuda Yahudi yang berasal dari keluarga taat hukum, yang sebelumnya telah bekerja sebagai prajurit gerakan perlawanan kaum mereka.
Thomas merupakan seorang marxis yang ahli dalam masalah ledak-meledakkan. Bersama Marcel, mereka berdua merupakan dua orang tokoh prajurit yang sangat konyol dan tak tahu apa-apa, namun sangat berani.
Contohnya, pada saat Thomas dikirim sebagai pasukan SS, secara diam-diam ia memasang bom pada benda yang menurutnya sangat tepat, yaitu pada sebuah buku Das Kapital karya Karl Marx. Pasukan SS-lah yang melabeli mereka dengan sebutan ‘L’armee du crime”, pada ‘Selebaran Merah’ yang disebarkan di seluruh Prancis. Selebaran itu bertujuan mendiskreditkan pergerakan kelompok resistensi.
Sementara itu, dengan bergerak cepat, Marcel mengambil tindakan yang lebih berani, dengan metode ‘mengarahkan tembakan langsung ke kepala’. Metode yang berbeda dengan Thomas tapi beroleh hasil yang sama. Hasil yang kacau bin balau.
Tetapi, seperti yang telah benar-benar dipahami oleh Missak dan Melinee, setiap wajah (prajurit) baru, pasti membawa risiko dan motif yang baru pula. Beberapa dari mereka memang bertujuan melindungi (kaumnya), tapi tak jarang yang pula yang hanya mengelabui atau menipu. Dan ketika hidup dan menghidupi diri berada pada satu garis, melindungi diri sendiri adalah musuh dari rasa kepercayaan.
Menyaksikan film ini seperti melihat rangkuman kombinasi dari intelektualitas orang Yahudi, Komunis, Hungaria, Spanyol, Polandia, Italia, dan Armenia. Bagi mereka, keyakinan (agama) dan kebudayaan merupakan hal yang tidak relevan. Tidak begitu penting. Sebab, yang terpenting buat mereka adalah loyalitas dan kebesaran hati untuk menempuh risiko apa pun demi menyingkirkan pasukan Hitler.
Berlatar belakang tahun 1944 di Paris, film ini bercerita tentang seorang penulis puisi, sekaligus pemimpin kelompok resistensi terhadap Nazi. Namanya Missak Manouchian , Dia menjadi pemimpin gerakan perlawanan terhadap Nazi lantaran orang tuanya jadi korban kekejaman tentara Jerman tersebut. Tindakan-tindakannya sangat heroik ketika dengan gigih mengumpulkan dan merekrut siapa saja untuk melawan Nazi, serta bersedia bertarung dan rela mati demi Prancis.
Kelompok yang dipimpin Missak sesungguhnya tidak sebanding dengan kekuatan pasukan Hitler. Mereka hanyalah sekumpulan para petarung ‘berani mati’ yang melakukan penyerangan secara tidak terorganisasi. Missak sendiri adalah seorang warga Armenia yang diasingkan dan hijrah ke Paris.
Selama menjadi pemimpin gerakan ini, ketika merekrut anggota, Missak dan istrinya, Melinee Manouchian , menemukan dua orang yang sangat berhasrat dan mempunyai misi sama dengan tujuan kelompok resistensi pimpinan Missak ini. Mereka adalah Marcel Rayman dan Thomas Elek . Keduanya merupakan dua pemuda Yahudi yang berasal dari keluarga taat hukum, yang sebelumnya telah bekerja sebagai prajurit gerakan perlawanan kaum mereka.
Thomas merupakan seorang marxis yang ahli dalam masalah ledak-meledakkan. Bersama Marcel, mereka berdua merupakan dua orang tokoh prajurit yang sangat konyol dan tak tahu apa-apa, namun sangat berani.
Contohnya, pada saat Thomas dikirim sebagai pasukan SS, secara diam-diam ia memasang bom pada benda yang menurutnya sangat tepat, yaitu pada sebuah buku Das Kapital karya Karl Marx. Pasukan SS-lah yang melabeli mereka dengan sebutan ‘L’armee du crime”, pada ‘Selebaran Merah’ yang disebarkan di seluruh Prancis. Selebaran itu bertujuan mendiskreditkan pergerakan kelompok resistensi.
Sementara itu, dengan bergerak cepat, Marcel mengambil tindakan yang lebih berani, dengan metode ‘mengarahkan tembakan langsung ke kepala’. Metode yang berbeda dengan Thomas tapi beroleh hasil yang sama. Hasil yang kacau bin balau.
Tetapi, seperti yang telah benar-benar dipahami oleh Missak dan Melinee, setiap wajah (prajurit) baru, pasti membawa risiko dan motif yang baru pula. Beberapa dari mereka memang bertujuan melindungi (kaumnya), tapi tak jarang yang pula yang hanya mengelabui atau menipu. Dan ketika hidup dan menghidupi diri berada pada satu garis, melindungi diri sendiri adalah musuh dari rasa kepercayaan.
Menyaksikan film ini seperti melihat rangkuman kombinasi dari intelektualitas orang Yahudi, Komunis, Hungaria, Spanyol, Polandia, Italia, dan Armenia. Bagi mereka, keyakinan (agama) dan kebudayaan merupakan hal yang tidak relevan. Tidak begitu penting. Sebab, yang terpenting buat mereka adalah loyalitas dan kebesaran hati untuk menempuh risiko apa pun demi menyingkirkan pasukan Hitler.